Salah satu yang dipelajari pada mata kuliah kimia organik adalah alkohol dan eter, nah berikut sifat sifat yang dimiliki alkohol dan eter.
A.
ALKOHOL
Alkohol
merupakan senyawa yang bersifat polar dan kepolaran tersebut ditunjukkan adanya
ikatan dari OH. Sifat kepolaran alkohol dapat ditunjukkan terhadap sifat-sifat
fisikanya : titik didih dan kelarutannya.
1.
Titik Didih
Nama IUPAC
|
Nama Trivial
|
Rumus
|
T.d ° C
|
Rapatan g/ml pada 20 ° C
|
Kelarutan dalam H2O
|
Metanol
|
Metil
alkohol
|
CH3OH
|
64,5
|
0,79
|
∞
|
Etanol
|
Etil
alkohol
|
CH3CH2OH
|
78,3
|
0,79
|
∞
|
1-propanol
|
Propil
alkohol
|
CH3CH2CH2OH
|
97,2
|
0,80
|
∞
|
2-propanol
|
Isopropil
alkohol
|
(CH3)2CHOH
|
82,3
|
0,79
|
∞
|
1-butanol
|
Butil
alkohol
|
CH3(CH2)3OH
|
117
|
0,81
|
8,3
g/100 mL
|
Faktor-faktor yang Menentukan Titik Didih
·
Berat
Molekul. Pada umumnya semakin besar berat
molekul senyawa makin tinggi titik didihnya. Normal-alkohol menunjukkan
kenaikan titik didihnya agak konstan sebanding dengan kenaikan jumlah atom karbon; setiap
penambahan gugus –CH2-, kenaikan titik didihnya sekitar 20 ° C.
·
Bentuk
molekul. Senyawa yang mempunyai rantai
cabang menyebabkan penurunan titik didih; sebagai contoh, n-butil alkohol
mendidih pada 118 ° C sedangkan isobutil alkohol mendidih pada 108 ° C,
dan ters-butil alkohol mendidih pada 83° C.
·
Ikatan
hidrogen. Bandingkan senyawa alkohol dengan
senyawa alkana yang memiliki berat molekul yang hampir sama ternyata bahwa alkohol
memiliki titik didih lebih tinggi. Sebagai contoh, n-butil alkohol (berat
molekul 74) mendidih pada 118° C, sedangkan n-pentana (berat molekul 72) mendidih pada 36° C.
Gejala ini mirip seperti ditunjukkan oleh air, ammonia, hidrogen fluorida yang
memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada senyawa yang memiliki berat
molekul yang hampir sama. Gejala seperti ini terjadi karena pada intermolekul
alcohol, air, ammonia dan hidrogen fluorida terdapat ikatan hidrogen.
2.
Kelarutan
Alkohol
berbobot molekul rendah larut dalam air. Kelarutan alkohol dalam air menurun
bila berat molekul alkohol bertambah. Makin bertambah jumlah atom karbon
berarti alkohol mempunyai karakter lebih bersifat hidrokarbon daripada sifat
gugus –OH. Sebaliknya, alcohol yang memiliki berat molekul kecil tidak larut
dalam pelarut hidrokarbon. Sebagai contoh, metanol hanya larut sebagian dalam
n-oktana, sedangkan alkohol yang lebih besar larut sempurna dalam n-oktana,
karena jumlah hidrokarbon yang terkandung naik.
Bagian
hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob yakni menolak molekul-molekul air.
Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rendah kelarutan alkohol dalam
air. Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat hidrofob ini dapat
mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidroksil. Alkohol
berkarbon-tiga, 1-dan 2-propanol, bercampur dengan air, sedangkan hanya 8,3
gram 1-butanol larut dalam 100 gram air.
Percabangan
meningkatkan kelarutan dalam air. Meskipun 1-butanol hanya sedikit larut,
t-butil alkohol, (CH3)3 COH, dapat campur dengan air. Ini
disebabkan oleh lebih kompak dan kurang hidrofobnya gugus t-butil, dibandingkan
dengan gugus n-butil. Bertambah banyaknya gugus –OH juga menaikkan
hidrofilisitas dan kelarutan.
2.
ETER
Nama
|
Rumus
|
T.d ° C
|
Rapatan g/mL
pada 20 °C
|
Kelarutan
dalam H2O
|
Dimetil eter
|
CH3OCH3
|
-24
|
gas
|
∞
|
Dietil eter
|
CH3CH2OCH2CH3
|
34,6
|
0,71
|
8 g/100 mL
|
Sifat-sifat eter yaitu Pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa
eter berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan
senyawa alkohol, titik didih dan titik leleh eter lebih kecil. Ini terjadi
karena antar molekul eter tidak membentuk ikatan hidrogen. Eter tak dapat membentuk
ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya, karena tak mempunyai hidrogen yang
terikat pada oksigen. Tetapi eter dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air,
alcohol dan fenol.
Eter-eter yang memiliki berat molekul rendah dapat larut dalam air
seperti halnya alcohol. Kelarutan eter dalam air akibat terjadinya ikatan hidrogen
antara molekul air yang polar dengan pasangan elektron bebas dari oksigen. Eter
juga cenderung bersifat non polar, sehingga kelarutannya dalam air sangat
kecil. Selain itu eter bersifat mudah terbakar. Dibandingkan terhadap alkohol,
eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal pembakaran.Eter jauh lebih mantap
(lebih kurang reaktif) dibandingkan alkohol. Eter tidak bereaksi dengan logam
natrium. Sifat ini dapat digunakan untuk membedakan alkohol dengan eter.
Sumber
:
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2011. Kimia Organik Dasar.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suhartini. 2012. Alkohol dan Eter. http://suhartinichemist.blogspot.com/2012/10/alkohol-dan-eter.html
(diakses 15
November 2013)
Fessenden,
Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
terima kasih, dan saya sangat mengapresiasi siapa saja blogers di Indonesia yang memposting sesuatu yang berbau ilmiah itu disertai dengan sitasinya... sehingga pembaca merasa makin yakin dngan sesuatu yang di baca. sukses buat postingan-postingan selanjutnya.
BalasHapusoya, kelarutan eter kalau dibandingkan dengan alkohol, tidak terlalu beda jauh ya.....
BalasHapushanya berbeda sedikit. Eter dengan jumlah C1 sampai C3, itu larut sempurna, seperti halnya alkohol C1-C3..... n-butanol larut 8.3 gram per 100mL air, sedangkan dietil eter larut 8 gram per 100 mL air, sama-sama jumlah atom C nya 4. Jadi untuk kelarutan eter dan alkohol tidak begitu jauh berbeda......